Thursday, March 29, 2007

INTIM

Repotnya Ngeseks Bagi Penderita Penyakit

SEKS itu mengasyikan. Tapi betapa repot dan sengsaranya kalau ternyata seseorang menderita penyakit dan menghambat aktivitas seksual. Bisa dipastikan,penyakit tersebut bakal mempengaruhi kualitas hubungan seksual. Sakit jantung,diabetes, asma, rematik, hingga hipertensi, merupakan penyakit-penyakit yang sangat mengganggu hubungan intim. Menurut, Dr Benjamin Lukito SpPD, seksolog sekaligus ahli penyakit dalam,

orang akan sangat terganggu berintim ria jika dia kena penyakit jantung.

“Sebetulnya, aktivitas seksual pada dasarnya sama saja dengan olahraga. Kerja jantung jadi lebih berat karena harus memompa darah lebih cepat. Meski terdengarmenyeramkan, bukan berarti penderita sakit jantung tak boleh beraktivitas seksual. Yang diwanti-wanti untuk menghindari aktivitas ini di antaranya mereka yang telah dinyatakan gagal jantung atau mengalami kebocoran jantung stadium parah,” papar Benjamin, dari Klinik Siloam Gleneagles, Jl Sisingamangaraja, ditemui Senin lalu.

Tentu saja, lanjut Benjamin, kondisi tubuh setiap individu tidak sama. Bila

diduga jantungnya bermasalah, tak ada salahnya untuk memastikan terlebih dulu ke

dokter jantung. Dengan tes treadmill akan diketahui apakah yang bersangkutan

bisa melakukan aktivitas seksual seperti orang normal, perlu ada pembatasan,

atau bahkan tidak boleh sama sekali. “Jika mau melakukan hubungan seks,

penderita jantung sebaiknya memastikan tubuh dalam keadaan sehat. Bila dirasa

ada masalah, jangan memaksakan diri. Lalu, segera hentikan aktivitas seksual

bila mulai muncul gangguan, semisal detak jantung terasa tidak teratur, muncul

rasa sakit yang sangat di bagian dada dan sebagainya. Dan untuk mencapai

kepuasan bersama, pasangan yang sehat dianjurkan berperan lebih aktif,”

terangnya.





Di samping penyakit jantung, Benjamin juga menyorot penderita diabetes. Masalah

umum yang menyertai penderita Diabetes Militus (DM) adalah disfungsi ereksi. Hal

ini disebabkan adanya gangguan pembuluh darah dan saraf pada organ-organ seksual.

Meski demikian tidak semua penderita DM akan mengalaminya. Selama kadar gula

darah tetap terkontrol, hal ini dapat dihindari. Secara teori memang

dimungkinkan terjadinya penurunan kadar gula darah secara drastis (hipoglikemi)

karena aktivitas seksual, namun pada praktiknya hal ini jarang terjadi.


Penderita DM dengan gula darah yang terlalu tinggi (di atas 250 mg) atau terlalu

rendah (kurang dari 100 mg) disarankan tidak melakukan aktivitas berat, termasuk

aktivitas seksual. Pada kondisi ini biasanya gairah seksual pun mengalami

penurunan.


“Penderita DM perlu kontrol gula darah secara teratur untuk mempertahankan

fungsi seksual, baik dengan cara diet maupun olahraga. Juga segarkan diri dengan

air putih setelah beraktivitas seksual, meski minuman bersoda mungkin terasa

lebih nikmat. Jangan lupa, bila dilakukan secara wajar, penetrasi tidak akan

menyebabkan luka yang berbahaya bagi penderita DM,” kata Benjamin.





Dokter yang juga buka praktik di Lippo Karawaci Jakarta ini bilang, orang yang

menderita hipertensi, rawan stroke jika berhubungan badan. Pada dasarnya

penderita hipertensi harus berhati-hati saat melakukan aktivitas seksual.

Seperti halnya aktivitas berat lain, aktivitas seks penderita hipertensi dapat

memacu naiknya tekanan darah. Tak ada salahnya untuk memastikan terlebih dahulu

berapa tekanan darah Anda sebelum berhubungan intim.


“Masalahnya, kenaikan yang terjadi saat melakukan hubungan seksual tidak akan

terdeteksi. Padahal kenaikan tekanan darah secara drastis akibat aktivitas berat

dalam waktu singkat adalah pecahnya pembuluh darah yang berujung stroke. Meski

angka kejadiannya tidak banyak, sebaiknya catatan mengenai hal ini jangan

diabaikan. Khusus bagi mereka yang memiliki tekanan darah mencapai 240/130,

tidak dianjurkan melakukan aktivitas seksual. Angka tertinggi yang dianggap

relatif aman adalah bila tekanan darah mencapai 150/90,” kata Benjamin.


Untuk penderita hipertensi, Bejamin mempunyai kiat, yakni yang bersangkutan

harus memastikan tekanan darah sedang stabil saat beraktivitas seksual. Juga,

melakukan pemanasan yang cukup untuk menghindari naiknya tekanan darah secara

tiba-tiba. Sudahi kebersamaan dengan cooling down berdua. Serta, jangan memaksa

diri untuk melakukan aktivitas seksual melebihi kapasitas sekadar ingin dipuji

perkasa. Apalah artinya pujian kalau akhirnya berakibat fatal.


Bagi penderita asma, perlu pula berhati-hati saat berhubungan intim. Meski pada

prinsipnya hubungan seks bukanlah pantangan bagi penderita asma. Kecuali

serangan asmanya digolongkan ke dalam exercise injure asma alias serangan asma

terjadi saat seseorang melakukan aktivitas berat. Sayangnya, aktivitas seksual

termasuk dalam kategori ini karena napas yang terpacu lebih cepat guna memenuhi

suplai oksigen dapat menyebabkan munculnya gangguan pada saluran napas.


“Kuncinya, jangan lupa awali dengan pemanasan dan sudahi dengan cooling down,

serta nikmati aktivitas ini hingga tubuh lebih rileks. Meski jarang, segera

hentikan bila muncul serangan,” tegas Benjamin.





Sedang untuk penderita rematik, Benjamin bilang, tak perlu khawatir benar. Sebab

rematik memiliki spektrum yang sangat luas. Tidak semua rematik akan mengganggu

hubungan intim suami-istri. Rematik di jari-jari tangan, tentu saja tak sampai

mengganggu aktivitas seksual. Sebaliknya, bagi penderita ostereo astritis yang

mengalami peradangan sendi akibat proses penuaan yang membuat tulang-tulang

tubuhnya mengalami kekakuan, tentu akan menghadapi masalah saat berintim-intim.

“Makanya, kiat berintim-intim bagi penderita rematik harus diperhatikan. Seperti

memastikan memilih posisi yang aman. Hindari bertumpuan pada bagian-bagian tubuh

yang sudah terkena rematik. Ada baiknya konsultasikan ke dokter bila terjadi

masalah pada persendian setelah berhubungan seksual,” kata Benjamin.


Seks itu fun jadi kita memang perlu bertindak tidak terburu-buru. Jadi

nikmatilah, meski kita didera penyakit...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home