Thursday, March 29, 2007

CUKUR PUBIC Antara Trend dan Kesehatan

DISADARI atau tidak, frame cantik yang sempurna telah diciptakan oleh industri media, layaknya boneka barbie yang memiliki tubuh langsing, berkulit putih, dan berwajah tanpa noda. Tak hanya memburu kecantikan fisik, organ vital pun dipermak. Yang lagi trend, cukur pubic alias rambut kemaluan. Dan ternyata tak sekadar trend saja, karena cukur pubic juga untuk menjaga kesehatan area vital dan-mungkin-menjadi daya tarik seksual.

Di Impressions Body Care misalnya, ada program yang namanya Bikini Line. Program ini bertujuan mencerahkan warna kulit di ketiak ataupun pangkal paha, sekaligus membentuk pubic hair sesuai dengan keinginan konsumennya, mau berbentuk hati atau dibersihkan sama sekali. “Kalau di Jakarta program ini sudah dikenal banyak. Di sini meski baru dua tahun, namun banyak yang minta, bahkan harus antre,” ujar Koentiatri, Manajer Impressions Yogyakarta.

Cukur pubic memang bagus pula untuk kesehatan, makanya butuh perawatan dan cukur rambut kemaluan termasuk perawatan organ intim. “Perawatan yang optimal akan menjadikan tubuh wanita tetap sehat dan terjaga keindahannya,” ujar Dr Putri Utami Dewi, terapis kecantikan, Senin lalu.

Apalagi vagina merupakan bagian tubuh paling sensitif, yang memerlukan pengetahuan yang cukup untuk merawatnya. Permasalah organ intim muncul diakibatkan salah perawatan maupun hubungan seks dengan banyak pasangan. Berkat kemajuan teknologi dan produk perawatan yang makin berkwalitas masalah seputar vagina mulai bisa diatasi. Munculnya keputihan, bau tak sedap, gatal-gatal ini menandakan pada organ vagina yang tidak terawat.

Kasus paling sering terjadi pada rambut kemaluan adalah jamur. Jamur dapat tumbuh dengan mudah bila rambut vagina terlalu panjang dan banyak. Pubic yang terlalu panjang dan banyak selain menutup bibir atas vagina tampak kurang sehat dan cantik, karena bisa sebagai sumber iritasi. “Untuk itu, hindari rambut vagina yang tumbuh terlalu lebat. Tapi jangan terlalu pelontos karena akan menghilangkan daya tarik sensualnya,” terang Putri.

Dokter Putri menjelaskan, iritasi pada vagina ditandai dengan kulit meradang, merah, terasa gatal, panas, perih dan bengkak. Biasanya disebabkan keringat berlebihan terlambat mandi, gesekan pakaian dalam yang ketat dan garukan kuku. Masalah ini juga bisa timbul karena terobsesi ingin selalu bersih hingga kebanyakan menggunakan sarana pembersih organ intim. Iritasi juga bisa terjadi bila mencuci organ intim dengan air panas, mempergunakan sabun yang berlebihan, atau pun menggunakan kompres larutan obat yang terlalu pekat.

Menurut Putri, pubic hair sebetulnya secara alami menjaga vagina, karena memiliki pelindung yang disebut Ph derajat keasaman. Pada umumnya Ph derajat keasaman pada vagina yang normal adalah 3,5 sampai 4,5 Ph. Ph ini bisa rusak dan menimbulkan berbagai keluhan seputar vagina bila cara merawatnya salah. Misalnya, vagina yang kelewat sering dibersihkan dengan sabun atau ramuan rempah pewangi bisa merusak Ph-nya. “Keseringan mencukur pubic juga tidak baik, karena vagina menjadi tak terjaga. Apalagi jika wanita tersebut mempunyai bakat berkeringat,” kata Putri.

Untuk perawatan sehari-hari usai buang air, sebaiknya pubic sekaligus vagina dibersihkan dengan air yang bersih dan dikeringkan dengan tisu. “Arah mencuci sebaiknya dilakukan bukan mengarah ke anus. Tampak sepele memang, namun bila salah ini dapat merusak ph karena tangan yang dipergunakan membersihkan vagina itu menyentuh anus hingga ada kontaminasi yang justru mampu merusak ph vagina. Usai dicuci harus dikeringkan kalau basah dan lembab bisa merangsang tumbuhnya jamur,” terangnya lagi.

Namun di sisi lain, kata Putri, jika seorang wanita kena penyakit pada organ vital dan telah diobati namun tidak kunjung sembuh, harus ada beberapa tindakan. “Segeralah cukur habis rambut kemaluan, olesi salep tipis dan merata. Jangan membasuh dengan air panas atau air di toilet umum. Bila ada luka bilaslah dengan air aquades karena lebih steril dan tidak mencemari luka radang. Keringkan dengan tisu kering yang terjamin kebersihannya bila usai buang air. Jika terasa gatal, jangan digaruk lebih baik dikompres dengan air es,” tandas Putri.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home